Sama seperti daerah lainnya dimana banyak cerita yang menjadi dasar penamaan sebuah wilayah atau desa.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Asal Usul Kalisat Kabupaten Jember, Menyebarkan Agama Islam Dengan Semangat Pantang Menyerah

Tokoh pada masa lalu memiliki peran sentral dalam memberikan identitas wilayah sebelum tercatat secara administratif.

Asal usul Desa Kalisat menurut cerita para sesepuh merupakan menggambarkan hal-hal sebagai berikut:

Dahulu kala kurang lebih tahun 1685 sebelum tempat tempat sekarang ramai tersebut tiga saudara yaitu Buyut Halim, Buyut Mahin, dan Buyut Genduk.

Ketiga saudara memiliki nama asli Halim Joyo Laksono, R.Mahin Joyo Kusumo, R.Bakat Joyo Manguk.

Tiga orang tersebut bersaudara kakak beradik mengemban tugas mengembangkan siar islam ke Timur.

Pada suatu hari berangkatlah ketiga bersaudara tersebut dari arah Rembang Jawa Tengah.

Perjalanan tersebut berhari hari bahkan berbulan bulan keluar masuk daerah yang satu ke daerah yang lain sambil berdakwah mensiarkan agama islam.

Perjalanan demi perjalanan sampailah tiga orang tersebut ke arah Surabaya. Tepatnya daerah Jagir (sekarang Wonokromo).

Selama di daerah Jagir menetap beberapa bulan, bersilaturahmi ke pesantren Ampel, Giri dan tempat pesantren lainnya.

Ketika waktunya tiba Maka ketiga orang tersebut melanjutkan perjalanan ke timur untuk menjalankan misi agama.

Raden Bakat berkata: “Kang mas meneruskan perjalanan ke timur, biar dimas mau ke utara pantai Madura.

”Sementara Buyut Halim menetap di daerah Gumuk Pakel, dia membuat gubuk kecil untuk melindungi dinginnya terik matahari.

Pada suatu tempat Raden Bakat bersama keluarganya hendak melintasi sungai (sekarang dinamakan sungai pelabuhan utara pahlawan Kalisat).

Karena keadaannya waktu itu sungai banjir, dengan tak disadarinya ditancapkannya tongkat yang ia miliki.

Tujuannya untuk menghela agar air tidak ketempat Raden Bakat dan keluarga.

Sementara itu sampai menunggu kecilnya sungai menanti keesokan harinya mungkin air sungai yang banjir itu bisa surut.

Dengan Tuhan yang maha kuasa, air yang tadinya banjir itu “sat”. Sementara pada waktu itu pagi-pagi benar Nyi Genduk hendak mencuci pakaian ke sungai tersebut,

Sesampai ia di tempat yang dituju segera kembali, namun berpapasan dengan suaminya dan bertanya kepada Nyi Genduk yang dar sungai: “ Ada apa…kok balik?” Nyai Genduk menjawab, “Kaline Sat..!

Saat itulah sesuai dengan ramalan Raden Bakat mengatakan bila besok daerah ini terbuka sebagai lanjutan daerah ini diberi nama “Kali-sat”

 

Reporter: pandalungan