Pada masa penjajahan banyak sekali peninggalan Indonesia yang berasal dari leluhur dahulu atau dari pihak Belanda

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Cagar Budaya Di Merauke Yang Masih Ada Hingga Sekarang, Memiliki NIlai Sejarah TInggi dan Harus Dijaga

Merauke merupakan kota di ujung timur Indonesia yang penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.

Wilayah yang keseluruhan wilayahnya merupakan dataran ini menyimpan berbagai tugu atau monumen bersejarah.

Monumen-monumen tersebut sangat erat kaitannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pengaruh misionaris Belanda di Merauke berpengaruh terhadap pola kebudayaan masyarakat Merauke.

Hal ini tercermin dalam kehidupan keagamaan masyarakat Merauke. Berdasarkan informasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Merauke.

Banyak bangunan-bangunan masa penjajahan Belanda di Merauke seperti rumah sakit, bangunan sekolah, galangan kapal dan lainnya.

Sayangnya bangunan tersebut sudah dirombak untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masa sekarang bahkan sudah diganti dengan bangunan baru.

Berikut adalah objek diduga cagar budaya yang terdapat di Kabupaten Merauke:

Eks Kantor Resident

Gedung ini dibangun pada tahun 1902 dan digunakan sebagai Kantor Residen pada masa penjajahan Belanda.

Secara administratif gedung ini sekarang terletak di Jl. Sabang, Distrik Merauke, Kota Merauke, Provinsi Papua dan terletak pada koordinat 54 L 0433030, Y 9062601.

Gereja Guti

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat gereja ini merupakan gereja pertama yang dibangun di Kota Merauke.

Gereja ini dibangun pada tahun 1920. Bangunan sudah banyak diubah sesuai dengan kebutuhan jemaat.

Gereja ini terletak di Jln. Sukarjo, Distrik Merauke, Kota Merauke, Prov. Papua pada koordinat 54 L 0432398 Y 9058848.

Gereja yang berada di lingkungan pemukiman penduduk ini memiliki sebuah monumen dengan patung Yesus di atasnya.

Di bagian belakang (timur) gereja terdapat lukisan diorama yang menggambarkan masuknya misionaris di Kota Merauke.

Di depan diorama terdapat makam pendeta dan suster yang setelah beberapa tahun kemudian tulangnya di ambil dan disimpan dalam kotak penyimpanan tulang yang terdapat di sebelah utara bangunan gereja.

Kompleks Pemakaman Belanda

Kompleks Pemakaman Belanda terletak di Jl. Sukarjo, Distrik Merauke, Kota Merauke, Prov. Papua pada koordinat 54 L 0433095 Y 9062380.

Pemakaman ini semula dijadikan kompleks pemakaman bagi keturunan bangsa Belanda yang tinggal di Kota Merauke.

Kondisi pemakaman tidak terawat dan banyak di tumbuhi rumput liar. Prasasti pada nisan sudah banyak yang rusak karena aus.
Sumur Bor

Sumur Bor yang terletak di Jl. Sukarjo, Distrik Merauke, Kota Merauke, Prov. Papua ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1959.

Bangunan yang terletak pada koordinat 54 L 0432749 Y 9062535 ini tadinya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air untuk masyarakat Merauke.

Sumur bor ini terdiri dari dua lokasi untuk perempuan dan laki-laki.

Sumur Bor sekarang ini masih berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitarnya antara lain kebutuhan air bersih untuk memasak, mandi dan mencuci.

Tugu Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat)

Tugu Pepera di Kota Merauke di bangun pada tahun 17 September 1969 dan diresmikan oleh Presiden RI ke-2, Soeharto.

Digunakan sebagai peringatan kemenangan Rakyat Indonesia dalam Pententuan Pendapat Rakyat Irian Barat pada 14 Juli 1969.

Hasilnya Irian Barat menjadi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tugu ini terletak di Jl. Raya Mandala, Distrik Merauke, Prov. Papua pada koordinat 54 L 0432752 Y 9062221.

Reporter: pandalungan