Proses demokrasi tidak selalu menguntungkan pihak yang menjabat sebagai Presiden sebuah negara.
Meskipun logikanya Presiden memiliki wewenang untuk mengatur dan menggunakan anggaran negara untuk misi politiknya.
Hal ini terjadi di negara super power Amerika Serikat menjelang pemilihan Presiden 2024 mendatang.
China mengomentari mundurnya presiden petahana Amerika Serikat (AS), Joe Biden, dari pemilihan presiden November mendatang.
Bahkan sebagian besar pengguna media sosial di China mulai menaruh taruhannya pada rival dan pendahulu Biden, Donald Trump.
Ramainya Tagar “Biden exit” telah dilihat 370 juta kali pada siang hari, Senin waktu setempat.
Sedangkan topik “Harris praising Biden”, merujuk Wakil Presiden AS Kamala Harris, mendapat sekitar 57 juta tampilan.
“Partai Demokrat mempersiapkan pemilu AS tahun 2028. Karena dianggap Masa depannya menjanjikan,” sindir pengguna Weibo lainnya.
Perlu diketahui Demokrat memang belum menentukan calon pasti. Namun Kamala Harus menjadi salah satu favorit.
Bagi China, Kamala adalah sosok yang tidak dekat. Meskipun ia sempat bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Tepatnya di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Thailand pada tahun 2022.
Dirinya belum pernah mengunjungi China sebagai wakil presiden sehingga masyarakat Negeri Tirai Bambu kurang mengenalnya.
Hal ini kontras dengan Gubernur California, Gavin Newsom, calon lain Demokrat. Ia pernah ke China tahun lalu, bahkan mendapat pujian dari masyarakat negara itu.
Sementara itu, di laman Weibo, sebuah jajak pendapat online juga muncul Senin.
Di mana 12.000 pengguna menemukan bahwa hampir 80% percaya Trump akan mengalahkan Harris dalam pemilu bulan November.
“Trump siap menang! Itu adalah momen yang sempurna,” tulis salah satu pengguna Weibo mengunggah foto-foto penembakan Donald Trump, yang mendapat 14.000 likes.
Di sisi lain, Kamala juga membuat outlet media pemerintah China termasuk Guangzhou Daily menyorotinya.
Termasuk latar belakangnya, yang jika menjadi presiden AS akan menjadi keturunan Asia pertama yang mengemban jabatan itu.
“Kebijakannya terhadap China selama pemilu mungkin akan menyimpang dari ideologi umum Partai Demokrat,”
“Tetapi dalam jangka pendek Kamala kemungkinan tidak akan mengembangkan strategi yang sangat tepat sasaran terhadap China,” kata analis ketua departemen hubungan internasional di Universitas Tsinghua, Tang Xiaoyang, membahas Kamala.