Jember merupakan salah satu kabupaten yang memiliki peringkat baik di Jawa Timur baik secara pendidikan maupun ekonomi.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Pejuang Kemerdekaan Dari Jember Yang Memiliki Nama Besar Namun Belum Diakui Sebagai Pahlawan Nasional

Banyak perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berdiri kokoh di jember dengan pelajar yang berasal dari daerah luar.

Namun ada pahlawan jember yang namanya besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pemerintah Kabupaten Jember sedang mengusulkan 3 nama pejuang kemerdekaan untuk menjadi pahlawan nasional.

Hal ini disampaikan Wakil Bupati Jember, KH. Muhammad Balya Firjaun Barlaman beberapa waktu lalu.

Tiga pahlawan Jember yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika agresi militer Belanda.

Diantaranya Letkol dr. Soebandi, Letkol infanteri (anumerta) Mohammad Sroedji, dan KH. Achmad Siddiq.

Sedangkan Achmad Siddiq sendiri merupakan ayah dari Wabup Gus Firjaun pada periode tahun ini.

Saat ini ketiga nama tersebut sedang dalam tahap administrasi di Pemprov Jatim untuk diajukan sebagai pahlawan nasional.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Firjaun menyebut baru pertama kali melihat foto dokter Soebandi yang terpampang di Museum Universitas dr. Soebandi.

Ia juga baru menyadari bahwa patung dua orang pejuang di Jalan Hayam Wuruk Kaliwates merupakan dokter Soebandi dan Mohammad Sroedji.

Dalam catatan sejarah, patung pejuang kemerdekaan di Jalan Kaliwates menggambarkan peristiwa agresi militer Belanda pada 29 Desember 1948 hingga 8 Februari 1949.

Dalam peristiwa tersebut, Soebandi dan Sroedji mendapatkan perintah dari Jenderal Soedirman untuk bergerilya bersama dari Blitar sampai Jember.

Sesampai di Desa Karang Kedawung Mumbulsari, pada 8 februari 1949, sebanyak 100 pasukan damarwulan dipimpin Sroedji yang sedang beristirahat diberondong peluru oleh pasukan knil.

Dokter Seobandi berhasil lolos, namun ketika melihat Sroedji yang tertembak jatuh, ia lantas menghampiri kawannya dengan membopong.

Saat itu juga, dokter Soebandi juga ikut diberondong peluru dan gugur berdampingan.

Reporter: pandalungan