Peperangan antara Israel dan Palestina semakin panas dan seakan tidak bisa dihentikan oleh pihak manapun.
Meskipun sudag di kutuk oleh banyak negara di dunia atau bahkan organisasi PBB.
Namun tetap saja Israel melakukan serangan bertubi tubi yang menewaskan banyak masyarakat sipil.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan penghentian aksi pembunuhan dan kekerasan terhadap warga Palestina.
Yang dilakukan oleh Israel sejak beberapa bulan lalu dan berlangsung hingga sekarang.
“Sudah terlalu banyak darah, sudah terlalu banyak pembunuhan. Kami menyerukan dihentikannya pembunuhan.
Dihentikannya kekerasan sekarang juga, sesegera mungkin,” kata Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers di Gedung PBNU, Jakarta, Senin, usai bertemu dengan Duta Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun.
Menurut KH Yahya Cholil Staquf, salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam menghentikan pembunuhan dan kekerasan di Palestina.
Yaitu dengan cara menempuh langkah-langkah sistem internasional dan melibatkan negara lain.
“Sistem internasional inilah yang satu-satunya kita punya untuk memelihara stabilitas relatif dari dinamika global saat ini,” ucapnya..
Gus Yahya menilai kemerdekaan Palestina harus diperjuangkan melalui platform multilateral yang melibatkan negara-negara lain, selain Palestina dan Israel.
“Kami masih melihat bahwa masalah Palestina ini harus diperjuangkan melalui platform-platform multilateral di dalam konteks sistem global atau sistem internasional tersebut,” ujar dia.
Dalam berkontribusi mewujudkan penghentian kekerasan dan pembunuhan serta kemerdekaan bagi rakyat Palestina.
Organisasi NU menggelar program yang mengundang Penasihat Presiden Otoritas Palestina untuk Urusan Agama sekaligus Hakim Syariah Tertinggi di Otoritas Palestina Mahmoud Al-Habbash.
Melalui program itu, NU memberikan ruang bagi Palestina melalui Mahmoud Al-Habbash menyuarakan perdamaian dan perjuangan rakyat Palestina meraih kemerdekaan.
Mahmoud Al-Habbash dijadwalkan hadir di Indonesia pada 7 Agustus 2024 mendatang.
Dari 7 Agustus malam hingga 10 Agustus, dia dijadwalkan menghadiri sejumlah acara.
Diantaranya mulai dari menemui pihak Kedutaan Besar Palestina di Indonesia, pimpinan MPR, tokoh-tokoh agama di tanah air.
Serta menghadiri kuliah umum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, hingga berjumpa dan berdialog dengan para pimpinan redaksi.
Kemudian Penasihat Presiden Palestina itu dijadwalkan kembali ke Palestina pada 11 Agustus mendatang.