Derasnya arus teknologi dan informasi berpotensi mengancam keberadaan adat dan tradisi yang sudah lama ada.
Ancaman ini semakin serius Ketika banyak pengaruh dari luar yang masuk melalui sarana informasi digital.
Masyarakat suku Sawu Obo dan Wani Wona di kec.Mauponggo kab.Nagekeo hingga saat ini tetap melakukan tradisi adat Tule Kota.
Kegiatan Tule Kota dilakukan untuk mempertahankan dan memegang teguh tradisi adat atau ritual adat.
Tradisi ini sudah diwariskan leluhur atau nenek moyang secara turun temurun sejak dahulu kala.
Tule Kota merupakan kegiatan atau proses menyusun atau menata batu untuk menjadi tangga.
Biasanya dibuat dan disusun secara bertingkat mengelilingi ‘Peo’ atau tugu batu.
Dilaksanakan oleh seluruh masyarakat dengan dipimpin oleh para ketua suku yang dilakukan di tempat tertentu yang disakralkan oleh seluruh masyakat suku sawu obo.
Tokoh masyarakat Sawu Gabriel Lipu mewakili 3 ketua suku kepada RRI mengatakan.
Kegiatan Tule Kota oleh masyarakat suku Sawu Obo memiliki makna penting.
Selain melestarikan aset budaya peninggalan leluhur, Tule Kota atau menyusun dan menata batu.
Disusun secara bertingkat-tingkat mengelilingi “peo” ini memiliki makna religi dan juga makna sosial bagi masyarakat yang mendiami wilayah adat Suku Sawu Obo.
Para Ketua Suku Sawu Obo, Wani Wona dan seluruh Masyarakat saling berkomitmen.
Untuk terus mempertahankan tradisi dan ritual adat yang sudah diwariskan ini.
Selain Peran serta dari masyarakat dukungan dari pemerintah daerah juga sangat diperlukan untuk menjaga dan melestarikan aset budaya ini.
Para ketua suku juga berharap tradisi Tule Kota yang merupakan tradisi masyarakat adat.
Yang dilakukan secara rutin dan telah lama diadakan terus dihidupi dan dilestarikan.
Terutama oleh generasi muda suku Sawu Obo sehingga tidak tersingkir oleh modernisasi.