Dunia Sudah Digital, Manusianya Gimana?
Di zaman serba cepat ini, hampir semua hal sudah masuk ke ranah digital. Mulai dari belanja, belajar, kerja, sampai cari jodoh—semua bisa lewat internet. Tapi pernah nggak kamu mikir: “Sebenarnya, kita ini termasuk masyarakat digital jenis yang mana, ya?”
Yup, ternyata ada jenis-jenis masyarakat digital dengan karakteristik yang beda-beda. Menariknya, tipe-tipe ini muncul karena adaptasi manusia terhadap teknologi juga beda-beda. Ada yang lahir langsung megang HP, ada yang baru belajar Zoom pas pandemi.
Nah, artikel ini bakal bahas jenis-jenis masyarakat digital dan contohnya secara lengkap, supaya kamu bisa kenali posisi kamu di dunia maya, dan siapa tahu… bisa upgrade juga.
Apa Itu Masyarakat Digital?
Definisi Singkat
Masyarakat digital adalah kelompok individu yang hidup, bekerja, dan berinteraksi melalui teknologi digital. Mereka terhubung lewat internet, aktif di media sosial, menggunakan aplikasi, dan mengandalkan informasi digital dalam aktivitas sehari-hari.
Menurut Para Ahli
Menurut Manuel Castells, seorang sosiolog digital, masyarakat digital adalah masyarakat jejaring (network society) yang struktur sosialnya dibentuk oleh teknologi informasi dan komunikasi.
Artinya, kita hidup dalam sistem sosial baru yang ditentukan oleh seberapa digital kita dalam berinteraksi.
Jenis-Jenis Masyarakat Digital
Berikut adalah pembagian jenis masyarakat digital berdasarkan tingkat pemahaman, penggunaan, dan peran mereka dalam ekosistem digital:
1. Digital Native
Mereka ini lahir dan tumbuh bareng teknologi digital. Biasanya termasuk generasi Z atau Alpha. Mereka udah pegang gadget dari kecil dan cepat adaptasi dengan perubahan teknologi.
Contoh:
-
Remaja yang belajar desain dari YouTube
-
Anak SMP yang jago bikin konten TikTok
-
Pelajar yang lebih nyaman belajar dari video dibanding buku teks
Ciri-ciri:
-
Nggak bisa lepas dari internet
-
Multitasking digital
-
Sering jadi early adopter aplikasi baru
2. Digital Immigrant
Mereka bukan lahir di zaman internet, tapi belajar dan beradaptasi dengan teknologi. Biasanya generasi X atau baby boomer yang sekarang mulai aktif online.
Contoh:
-
Orang tua yang baru belajar kirim emoji di WhatsApp
-
Guru senior yang sekarang ngajar lewat Google Meet
-
Pedagang pasar yang pindah jualan ke Tokopedia
Ciri-ciri:
-
Belajar teknologi secara bertahap
-
Kadang masih gaptek, tapi semangat belajar
-
Sering nanya: “Ini pencet yang mana, ya?”
3. Digital Savvy
Mereka paham teknologi dan tahu cara memanfaatkannya untuk produktivitas, penghasilan, atau bahkan aktivisme. Biasanya freelancer, pebisnis online, atau karyawan hybrid.
Contoh:
-
Content creator yang bisa desain, ngedit, dan promosiin sendiri
-
Mahasiswa yang bikin side hustle digital marketing
-
Pekerja remote yang pakai banyak tools: Zoom, Slack, Notion, Trello
Ciri-ciri:
-
Mengikuti perkembangan tren digital
-
Gunakan teknologi untuk efisiensi kerja
-
Melek soal keamanan digital dan literasi data
4. Digital Spectator
Mereka lebih sering jadi penonton. Aktif online, tapi pasif dalam berinteraksi. Tahu semua tren, tapi jarang posting.
Contoh:
-
Pengguna Instagram yang nggak pernah upload story
-
Follower setia YouTuber tapi nggak pernah komen
-
Pembaca forum online yang nggak pernah bikin thread
Ciri-ciri:
-
Pasif dalam produksi konten
-
Konsumtif terhadap informasi
-
Sering jadi “silent reader”
5. Digital Influencer
Mereka punya pengaruh besar di dunia maya. Bisa menggerakkan opini publik, memperkenalkan tren, bahkan memengaruhi keputusan pembelian.
Contoh:
-
Selebgram yang endorse skincare lokal
-
YouTuber edukasi dengan jutaan views
-
Aktivis digital yang vokal soal isu sosial
Ciri-ciri:
-
Punya follower banyak
-
Aktif produksi konten
-
Personal branding kuat
Contoh Masyarakat Digital dalam Kehidupan Nyata
Studi Kasus 1 – Mahasiswa
Mahasiswa generasi Z biasanya termasuk digital native atau savvy. Mereka multitasking banget: belajar lewat YouTube, bikin tugas pakai ChatGPT, dan ngerjain side project freelance.
Studi Kasus 2 – UMKM Digital
Banyak pelaku UMKM sekarang berubah jadi digital immigrant yang cepat adaptasi. Mereka belajar jualan lewat Shopee, iklan lewat Instagram, bahkan live selling di TikTok.
Studi Kasus 3 – Pekerja Kantoran
Pekerja kantoran hybrid (WFH) biasanya digital savvy. Mereka pakai tools kolaborasi, ikut webinar, bahkan upgrade skill lewat course online.
Tantangan dan Peluang dalam Era Masyarakat Digital
Tantangan:
-
Literasi digital yang rendah
-
Penyebaran hoaks dan misinformasi
-
Kecanduan media sosial
-
Etika online yang sering diabaikan
Peluang:
-
Akses informasi lebih cepat dan luas
-
Peluang kerja dan usaha digital
-
Pendidikan yang lebih fleksibel
-
Kolaborasi lintas batas tanpa hambatan geografis
Siap Jadi Versi Terbaik dari Masyarakat Digital?
Kita semua—entah sadar atau nggak—udah jadi bagian dari masyarakat digital. Tapi, jenis kita bisa beda-beda, tergantung seberapa aktif kita beradaptasi dan berkontribusi.
Yang penting sekarang bukan cuma “kamu online atau nggak”, tapi:
“Kamu mau jadi masyarakat digital yang kayak gimana?”
Mau pasif aja atau jadi pengguna yang aktif, kreatif, dan berdampak?
Tentukan pilihanmu. Dunia digital masih terus berkembang, dan kamu punya peran penting di dalamnya.