Sebagian desa memiliki cerita yang bisa menjadi dasar sebuah identitas daerah tersebut sejak dahulu.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Sejarah Desa Jenggawah Kabupaten Jember, Dikisahkan Ada Romansa Antara Anak Raja Dengan Kaum Jelata

Biasanya penamaan dilakukan berdasarkan kisah nyata tau cerita yang diyakini oleh masyarakat pada masa lalu.

Pada tahun 1891 ada seorang seorang putra yang gagah, ganteng dan pemberani dari keturunan Raden Wijaya dijadikan adipati yang memerintah di wilayah Puger, sekarang menjadi kecamatan Puger Kabupaten Jember.

Beliau memiliki putra yang bernama Pangeran Jengga. Pangeran tersebut memiliki kegemaran memburu hewan-hewan liar dengan menggunakan panah dan tombak.

Pada suatu hari ayahandanya mengutus Pangeran Jengga untuk mengantarkan upeti dan surat ke Kadipaten Jember.

Berangkatlah Sang Pangeran dengan membawa upeti dan surat berserta beberapa pengawal berkendara beberapa bendi dan kudanya.

Karena kesukaannya berburu, tidak lupa pula membawa perlengkapan memburu panah dan tombaknya.

Pada hari itu juga, berangkatlah Sang Pangeran dengan pasukannya tersebut dengan melewati jalur Balung, Ambulu dan Jenggawah yang pada saat itu masih hutan belantara.

Setiap sampai di masing-masing wilayah tersebut berhenti dan beristirahat serta melaksanakan hobinya berburu untuk di makan dan dimasak.

Sesampai di wilayah Jenggawah, Pangeran Jengga melihat gunung yang agak besar dan ditumbuhi oleh pepohonan.

Tetapi jenisnya sama dan banyak sehingga kelihatan dari jauh gunung tersebut indah dan hijau.

Seketika itu juga Pangeran Jengga menghentikan pasukannya untuk istirahat dan berteduh di bawah gunung tersebut semalam.

Dipagi hari Sang Pangeran dengan pasukannya melaksanakan perburuan hewan liar di sekitar gunung.

Sesampai di wilayah pinggir barat gunung tersebut mendengar suara nyanyian berupa tembang-tembang Jawa sendu yang terdengar bersayup-suyup di tengah pepohonan yang rindang.

Sehingga tiba tiba terperanjatlah Sang Pangeran lalu mencari dan mendekat ke sumber suara itu.

Betapa kaget, heran, dan terharu Sang Pangeran melihat seorang gadis cantik, tinggi semampai, dan anggun bernyanyi sambil memotong dan mengambil kayu kering.

Pada saat itu pula disapalah Sang Pangeran oleh seorang perempuan setengah baya, “ Sedang melihat apa kisanak”, sapa orang tersebut.

Dengan perasaan kaget menjawablah Sang Pangeran, “ sedang berburu, bu! ”, jawab Pangeran.

Lalu Sang Pangeran balik bertanya, “ Siapa gadis itu, bu?”. Ibu itu menjawab, “Oh !, itu anak saya, namanya Marwah”.

Seketika itu pula pangeran minta ijin ke ibu tersebut berkenalan dan bercakap-cakap dengan si gadis di bawah pepohonan yang rindang di pinggir barat gunung.

Singkat cerita, beberapa hari kemudian dilamarlah Marwah dan dijadikan istri Sang Pangeran.

Berdasarkan kejadian tersebut pohon yang dijadikan tempat bercengkrama Sang Pangeran dan Si Gadis dinamailah Pohon Jenggawah.

Pohon Jenggawah dahulu kala banyak tumbuh lebat di pengunungan tersebut dan sampai sekarang masih ada namun jumlahnya tinggal sedikit.

Berdasarkan kisah itu pula desa ini dinamai Desa Jenggawah dan dijadikan nama Kecamatan Jenggawah.

NB: Kisah diatas hanya penggalan cerita, alangkah bijaksananya jika didalami secara ilmu pengetahuan.

Reporter: pandalungan