Setiap suku bangsa memiliki berbagai kebiasaan yang diturunkan oleh para leluhur terdahulu.

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Suku Papua Yang Memiliki Adat Istiadat dan Cara Hidup Penuh Kasih Sayang

Mulai dari cara hidup, berdoa dan berhubungan dengan sosial agar selalu damai dan sejahtera.

Papua Barat memiliki ragam suku di dalamnya yang memiliki karakteristik dan kebiasaan dalam menjalani kehidupannya masing-masing.

Berikut beberapa suku yang ada di Papua hingga saat ini.

1. Suku Mansim

Suku yang mendiami sebagian besar kawasan di Kecamatan Manokwari ini, memiliki bahasanya sendiri yakni bahasa Mansim.

Dikutip dari laman resmi Kemendikbud, bahasa Mansim Borai dituturkan oleh beberapa orang di Kampung Anday dan Mupi.

Tepatnya di distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat.

Sebelumnya, penutur atau pengguna bahasa ini tinggal di Kampung Maruti, daerah Gunung Kapur.

Tetapi pada tahun 1976 terjadi banjir dan mereka berpencar ke Andai, Arfai, dan Muni.

Setelah kejadian tersebut, bahasa ini termasuk salah satu bahasa di Papua yang terancam punah karena penggunanya hanya tersisa empat orang.

Bahasa Mansim merupakan bahasa tersendiri yang berbeda dengan enam bahasa lainnya di Papua Barat.

Diantaranya bahasa As, Seget, Kaporam Inora, Irires, dan Numfor (Mansinam).

Sementara itu, saat ini belum diketahui pasti berapa jumlah populasi Suku Mansim, namun pada tahun 1970-an, diperkirakan ada sekitar 1000 orang.

2. Suku Meiyakh

Merupakan salah satu suku asli Papua Barat yang masih dalam sub suku Arfak.

Suku Meiyakh mendiami kota Manokwari yang mayoritas bermukim di dua Kecamatan Manokwari dan Kecamatan Merdei.

Suku Meiyakh memeluk agama Kristen Protestan dan menghormati pemuka agamanya.

Mayoritas mata pencaharian suku ini adalah berladang dan berkebun membudidayakan berbagai tanaman.

3. Suku Arfak

Suku Arfak adalah suku terbesar di Provinsi Papua yang memiliki beberapa sub suku seperti Moule, Meyah (Meiyakh), Moskona, Mansim Borai, Kebar-Karon Timur, Sough dan Hatam.

Mereka mendiami wilayah adat mulai dari Tembuni, Bintuni, Merdey, Meyah, Moksona, Testegam Anggi, Sururey, Isim.

Kemudian Ransiki, Minyambouw, Warmare, Manokwari, Pantai Utara Manokwari, dan daerah lainnya di Kabupaten Teluk Bintuni dan Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Dalam budaya masyarakat suku Arfak terdapat struktur adat yang terdiri dari Andigpoy (Kepala Adat), Pinjoydig (pembantu tugas kepala adat), Pinjoi Piley (pelaksana tugas).

Semua elemen ini harus menjalankan tugasnya sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Suku ini memiliki seni tari khas yakni Tari Tumbuk yang dikenal dan ditarikan oleh semua suku yang tinggal di kawasan Pegunungan Pegaf.

Jika tarian ini dilakukan di jalan tarian ini dinamakan Tari Tambuk Tanah, sedangkan jika dilakukan di sekitar rumah, tari ini disebut dengan Tari Tambuk Rumah.

Diiringi dengan syair, tari ini bercerita tentang tanaman, cara berkebun, sejarah suku Arfak mulai dari kepercayaan hingga peperangan yang pernah terjadi.

4. Suku Irarutu

Tersebar di pantai serta pegunungan di tiga kabupaten yakni Kabupaten Teluk Bintuni, Kaimana, dan Fakfak.

Kepercayaan suku Irarutu identik dengan cinta kasih, toleransi, pluralisme, dan kemanusiaan.

Hal itu disebabkan karena sebelum dan sesudah agama disebarkan di pesisir Teluk Arguni, Teluk Bintuni, dan Fakfak masyarakat suku ini sangat terbuka dengan setiap perbedaan, hidup berdampingan dengan harmonis bersama saudara yang berbeda keyakinan.

Yang menariknya, suku Irarutu memiliki rumah adat bernama Sirus yang merupakan tanda bahwa masyarakat suku ini hidup beradab dan beradat.

Sirus terdiri dari satu lantai yang luas dengan atap yang dibuat dari daun-daun sagu, dinding dari gaba-gaba, papan atau pancangan kayu.

Memiliki ciri khas desain berbentuk rumah panjang dengan satu pintu utama di depan (kadang dua, satu di depan dan satu di belakang).

5. Suku Kuri

Tidak seperti suku sebelumnya, suku Kuri memiliki jumlah warga yang tidak terlalu banyak yakni hanya lima kampung saja.

Semua masyarakat suku Kuri menempati satu distrik di Papua Barat yang disebut dengan distrik Kuri.

Suku Kuri sebagian besar mendiami Kabupaten Kaimana Papua Barat dengan masih berburu di hutan meski sudah menerapkan hidup modern.

Menurut kepercayaan masyarakat adat setempat, suku Kuri berasal dari moyang yang digambarkan dengan seorang manusia bertubuh besar atau dalam istilah Bahasa Indonesia Panglima Besar.

6. Suku Maybrat

Menempati kawasan Kabupaten Maybrat, suku Maybrat merupakan salah satu suku asli Provinsi Papua Barat.

Mereka tinggal di kecematan Ayamaru, Teminabuan, Aitinyo, dan Aifat di kota Sorong.

Suku Maybrat memiliki kepercayaan bahwa orang meninggal akan menjelma menjadi hewan-hewan seperti burung hitam, kelelawar yang mendiami tempat-tempat seperti gua, pohon besar, sumur tua, dan sebagainya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, suku Papua Barat ini memiliki mata pencaharian sebagai petani yang membudidayakan berbagai jenis tanaman seperti ubi-ubian, pisang, dan lainnya.

7. Suku Wamesa

Merupakan suku asli Provinsi Papua Barat, suku Wamesa ikut mendiami kawasan di Kabupaten Teluk Bintuni.

Lokasi tempat tinggal suku ini berada di sekitar aliran-aliran sungai Wasian yang berada di Kecamatan Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni.

Dalam berkomunikasi, mereka memiliki bahasa sendiri yakni menggunakan bahasa Wamesa yang merupakan bahasa non-Austronesia.

Untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, suku ini meramu sagu dan menangkap ikan di sungai dekat dengan pemukimannya.

Reporter: pandalungan